
Tren Digital Marketing 2025 bakal seru banget, nih. Dan rasanya kita semua harus siap-siap untuk melihat banyak perubahan.
Kalau tahun-tahun sebelumnya kita sudah mendengar tentang AI, video pendek, dan social media marketing, di tahun 2025 semuanya bakal jadi lebih dominan dan bahkan lebih canggih.
Jadi, kalau kamu penasaran, yuk kita bahas bareng-bareng apa aja yang bakal nge-hits atau jadi tren digital marketing 2025 dan gimana cara kita menyikapinya. Siap? Let’s go!
Kalau 2023 dan 2024 aja kita udah sering denger soal AI kayak ChatGPT, Midjourney, dan sejenisnya, maka di tahun 2025, AI akan jadi tulang punggung banyak strategi digital marketing. Nggak cuma tren, tapi jadi kebutuhan pokok.
AI bekerja dengan memanfaatkan machine learning dan data analytics. Dia belajar dari data yang ada, perilaku pengguna, tren pencarian, engagement konten, dan memberi insight untuk optimasi strategi marketing.
Contoh paling nyata:
Walaupun canggih, AI tetap punya sisi gelap. Beberapa tantangan yang bisa dihadapi marketer atau blogger pemula:
Makanya, AI itu harus jadi asisten, bukan bos. Tetap perlu sentuhan manusia supaya hasilnya relevan.
Tren Digital Marketing 2025 masih akan sangat dipengaruhi oleh video pendek. Format ini bukan cuma “menarik perhatian”, tapi juga jadi cara paling efektif buat ngomong langsung ke audiens dengan cepat dan to the point.
Video pendek adalah konten visual berdurasi singkat (biasanya di bawah 60 detik), yang dibuat untuk menyampaikan pesan secepat mungkin, tapi tetap engaging. Format ini merajalela di platform seperti:
Video pendek bekerja dengan mengandalkan visual hook dan storytelling cepat. Dalam waktu 3–5 detik pertama, kamu harus bisa bikin audiens tertarik. Makanya, banyak brand (termasuk UKM) sekarang bikin video dengan:
Platform juga sangat memprioritaskan video pendek dalam algoritmanya. Misalnya, TikTok dan Instagram secara otomatis mendorong konten video ke lebih banyak pengguna jika engagement awal tinggi. Artinya, peluang viral jadi lebih besar meskipun kamu belum punya banyak follower.
Secara sederhana, Augmented Reality adalah teknologi yang menggabungkan elemen digital ke dunia nyata melalui perangkat seperti smartphone atau kacamata khusus.
Berbeda dengan Virtual Reality (VR) yang membawa pengguna ke dunia sepenuhnya digital, AR justru menambahkan elemen digital ke lingkungan nyata. Ini memungkinkan pengguna “melihat” produk atau informasi tambahan secara langsung dalam konteks kehidupan mereka sendiri.
AR bekerja dengan menggunakan kamera perangkat untuk memindai lingkungan sekitar pengguna, lalu menampilkan objek digital yang terintegrasi secara real-time.
Contoh yang cukup populer adalah fitur “try-on” di e-commerce fashion dan kosmetik. Dengan teknologi AR, pengguna bisa melihat bagaimana lipstik terlihat di wajah mereka, atau mencoba kacamata tanpa harus datang ke toko.
Beberapa brand besar sudah menjadi pelopor dalam pemanfaatan AR.
IKEA, misalnya, punya aplikasi bernama IKEA Place yang memungkinkan pengguna menempatkan furnitur secara virtual di ruangan mereka. Cukup arahkan kamera ke ruang tamu, pilih sofa dari aplikasi, dan lihat langsung bagaimana tampilannya, ukuran, warna, hingga kecocokan dengan ruangan.
Di dunia kecantikan, L’Oréal dan Sephora juga sukses memanfaatkan AR untuk memungkinkan pelanggan mencoba riasan langsung lewat kamera ponsel mereka. Hasilnya? Konsumen jadi lebih yakin saat membeli, pengalaman belanja jadi menyenangkan, dan angka pengembalian barang pun menurun.
Social Commerce bukan tren baru, tapi di tahun 2025, prediksinya bakal makin gila-gilaan! Kalau dulu orang cuma pakai media sosial buat promosi, sekarang dan ke depan, media sosial bakal jadi tokonya langsung.
Social Commerce adalah proses jual beli produk langsung melalui platform media sosial. Social commerce memadukan promosi, konten, interaksi, dan transaksi dalam satu tempat. Super efisien, kan?
Eits, bukan berarti tanpa PR ya! Social commerce juga punya tantangan, terutama bagi pelaku UKM atau individu:
Makanya, penting buat punya strategi konten, paham optimasi sosial media, dan bangun brand awareness yang kuat. Jangan asal jualan aja.
Kalau dulu orang beli karena iklan TV atau selebaran brosur, sekarang beda. Di era digital apalagi tahun 2025, orang beli karena percaya siapa yang ngomong. Dan inilah kenapa personal branding dan influencer marketing makin jadi andalan dalam dunia digital marketing.
Personal branding adalah cara seseorang membentuk citra dan reputasi diri mereka di mata publik, baik sebagai profesional, content creator, maupun pemilik bisnis. Sementara influencer marketing adalah strategi pemasaran yang melibatkan individu berpengaruh (influencer) untuk mempromosikan produk ke audiens mereka.
Gabungan keduanya? Power-nya luar biasa. Kamu bukan cuma “jual produk”, tapi bangun koneksi emosional dengan audiens.
Itu sebabnya, membangun personal branding yang kuat di media sosial jadi pondasi penting buat siapapun yang ingin sukses di dunia digital marketing.
Di 2025, personal branding bukan cuma tambahan, tapi keharusan. Apapun niche-mu, SEO, blogging, kuliner, parenting, kamu perlu dikenal dulu sebelum produkmu dipercaya.
Nggak semua tren harus langsung kamu kejar, apalagi kalau kamu baru mulai atau pegang tim kecil. Justru yang penting adalah sikap dan strategi kamu dalam menghadapi tren ini. Nih, beberapa tips biar kamu nggak kalang kabut:
Enggak semua tren cocok buat semua orang. Misalnya, kalau kamu jualan produk kerajinan tangan, mungkin AR belum terlalu penting, tapi video pendek di Instagram atau TikTok bisa jadi game changer.
Daripada nyoba semua sekaligus dan akhirnya burnout, lebih baik ambil satu dulu yang paling potensial. Misalnya, mulai dari optimasi konten video pendek selama sebulan, lalu analisis hasilnya.
Dunia digital itu cepat banget berubah. Tapi yang bikin kamu bertahan adalah konsistensi gaya, suara, dan nilai brand kamu.
Adaptasi boleh, asal jangan sampai kehilangan jati diri. Mau ngikutin tren AI, video, atau apapun, pastikan tetap nyambung dengan cara kamu berkomunikasi ke audiens.
Intinya? Pilih dengan bijak, mulai dari yang kecil, evaluasi terus, dan tetap jadi diri sendiri. Tren akan datang dan pergi, tapi brand kamu yang autentik dan bernilai akan selalu relevan.
Nah, itu dia pembahasan kita soal tren digital marketing 2025 yang siap mengacak-acak, atau malah menyempurnakan cara kita berpromosi, membangun brand, dan terhubung dengan audiens.
Apakah semuanya harus kamu kejar sekarang juga? Nggak harus. Tapi kamu perlu sadar dan bersiap. Karena dunia digital itu cepat banget berubah, dan yang bisa bertahan bukan yang paling pintar, tapi yang paling adaptif.
Mulailah dari yang paling dekat dengan bisnismu. Kalau kamu kuat di personal branding, fokus ke sana. Kalau kamu suka eksplorasi teknologi, coba AR atau main-main dengan AI. Yang penting, jangan cuma jadi penonton tren, tapi jadi pemainnya.
Terima kasih sudah baca sampai sini, semoga tulisan ini bisa jadi bekal buat kamu merancang strategi digital marketing yang lebih baik dan siap hadapi 2025 dengan percaya diri
Perkenalkan nama saya Mochamad Wildan Firdaus. Di samping kegiatan bekerja, saya hobi menulis di blog/website salah satunya pada website wfirdaus.com ini.